Selasa, 18 Desember 2007

Senja Temaram Malam

Aku batu menyatu dalam waktu; menunggu

I

--bersama Aisyah—

Hei! Apa yang terjadi di sini?

Mata kosong otak ompong, menunggu

fatamorgana menyata?

(jangan pernah sebut aku binatang jalang,

walau pedih, perih dan bisa, bisa kubawa berlari)

Hei! Apa yang dilakukan di sini?

Engkau lanskap indahku, kutunggukah

Hingga hisapan rokok terakhir?

Aku ternyata masih di sini. Tak kumatikan

rasa ini; kan kugapai. Atau kubawa

berlari walau tak hilang pedih perih?

Salmeba, 14.45, 26/11/2005

II

--menanti kereta terakhir—

Fatamorgana tak bisa menyata; jadi luka.

Aku pergi, permisi; rayuan nada indah

tak mampu tahan aku.

“Maaf, jangan kau sebut aku perusuh. Sungguh!

Sungguh, aku tak tahu.”

Apa mungkin dia tak mau kumuh?

Lanskap indahku, kumuh tak selalu rusuh.

JGTC, 21.00, 26/11/2005

Lanskap indahku langlang waktu; tak tercemar.

Aku batu mewaktu; menunggu.

Cat: dipengaruhi Aku, karya Chairil Anwar.

Di SmaGZ edisi akhir, Maret 2007.

Tidak ada komentar: