Minggu, 08 Mei 2011

PUISI-PUISI (YANG SAYA LUPA BAHWA PERNAH MENULISNYA) NAMUN DITEMUKAN KEMBALI DI DALAM FOLDER SEND ITEM SALAH SATU EMAIL SAYA


PUISI MALAM

jalanjalan di tengah malam
angin serak antara langit yang lenggang awan
bintang tak ada namun
dan bulan lupa nampak

gadisgadis sederhana berkain di jalanjalan
memanggilmanggil minta mampir
ahhhhh...
aku tak mau.. atau tak ada uang
ha... ha... ha......
botol vodga pecah di aspal

dan malam....
bawa aku pergi
aku ingin terus berjalan

"hello kawan long time no see"

tapi aku tak mau mampir
aku ingin terus berjalan
hingga ujung jalan ini menemukan aku
pada sesuatu yang entah apa

Malam ini, Matraman


PUISI PAGI HARI

I
Gelembung bendungkan dingin
Dan pecah merah di lidah malam
Hitam legam yang kau adakan
Sewarna kulit teman kencanku semalam

Tipis selendang melambai-lambai
Meliuk-liuk melambai memanggil matahari
Dan awan yang belum disapa asap paberik
Mengintip perlahan, malu-malu, dan kikuk

Ah…,
kau temani pagiku yang lesu lesi berperih.
Dan selanjutnya sobat?

II
Semalam selepas makan di warteg pinggir kali itu
Aku ingat, engkau masih ada di sela pikir dan dengarku
Pagi-pagi kucari kau tuk berunding tentang pegal hari ini
Ah, teringat nenek yang ngajari menumbuk biji kopi
Ah, teringat ayah yang marah menangkap kita tengah bercinta

Dua seselendangmu mengada di antara berita-berita
Di atas panggung merah dan putih
Tiang tak berbendera perak pun memudar hitam
Bengkok di tanah berair lumpur

Mari, kita penuhi dada dengan racun
Tak perlu takut mati dini
Toh, mati adalah takdir (atau anugerah?)
“Kau pikir saja sendiri,”
Teringat bibir merah gadis berambut senja

III
hoooooooooooi…… pagi yang merekah merah dan
sangkala perlahan menyibak puncak dinding langit dan
embun mengejarnya…. Tertatihtatih dan
rerumputan yang bersih selesai mandi tak kuasa sembunyi dari
 angkara murka; berlari

kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
karena hidup tak bisa hanya di sini
kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
 kawankawanku
walau hidup tak tahu kita ada
kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
renyah nyanyian dan silau katakata memanggilmanggilku
kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
dan kalian sebegitu cepatnya pamit permisi?
yah, aku pun harus pergi kawankawanku
mendendang pegal menisik sunyi kata
biar bisa bertemu kalian lagi……. esok pagi

ooooits… tunggu! mari kita mampir sebentar
membangkitkan tomboltombol mati; bangunkan gadis
yang tersenyum dalam mimpi; mengendap diri
Zum geburstag viel glueck yaaa….

20 Januari 2006


TIKAR HITAM

III
(kala duka bulan runtuh dilirik lembing-lembing legiun edison ,
berdua kita setubuhi jalanan)

lihatlah……
pohonpohon lelap dibelai mama malam
antara sendu siul angin, dengar dengkurnya
meniupniup putih bajumu menggelombang putih selendangmu

hooooooi……
jiwamu yang separoh tersisa
temanilah aku dulu; keringkan air mata petaka
bulan yang tak lagi dikunjung

(belum nampak ujung gang kecil, warung sempit
             semenit intermezo pun lelap)

di malam dan perjalanan ini aku masih rindu manis kata
walau….. ladangladang tebu telah tenggelam jauh dari sini
karena hidup begitu miskin melodi

(setelah sedepah itu, gang sempit menjenguk di balik awan
warung kecil menyunyi di lekuk bulan runcing)

ahhhhhduh…… tiba kau padanya,
ucapan selamat tinggal pada malam
pada jalanan tumpangan kita; juga buatku
jiwamu telah penat tubuhmu terlumur tawar rasa.
ucapkan selamat tinggal sekali lagi… sekali lagi… sekali lagi…

(seselendang putih tak kau kibarkan lagi, tubuhmu yang memerah
perlahan menghitam abu)

nah begitu, selamat berlayar entah ke mana atau
tenggelam entah di mana
persahabatan kita dibatasi kefanaanku
yang sedikit lebih beruntung darimu

—kembara sesepuluh menit bersama pembara dan berpisah di kibasan tangannya jatuh di selokan terlupakan—

2003

Tidak ada komentar: