saya membayangkan sebuah pesawat UFO datang dari luar angkasa malam ini.
di sini ada tiga kaleng bir yang belum tandas seluruhnya. jika engkau menenggak habis bir di kalengmu sambil engkau melihat peta indonesia keluaran terbaru, kurasakan bagai terlempar pada sebuah titik yang entah di alam semesta. manusia punya keinginan untuk tahu yang begitu tinggi namun karena manusia secara esensial adalah material tertentu, keingintahuan yang tinggi itu terbentur dinding-dinding tebal dan membuat kita mengurut dada dan menganggap terlalu dini muncul di dunia. "saya berharap lahir ketika manusia sudah tinggal lagi di pulau-pulau tetapi menetap di samudera-samudera luas dengan sepasang ingsan bertengger di bawah telinga". lelaki itu pernah berkata padaku. itulah mungkin alasan baginya sehingga sekolah baginya seperti benda asing yang tak perlu kau datang setiap hari.
nah, pernah saya membaca marx dan ketika membaca "whats to be done" di selasela episode-episode battlestar galactica yang datang dan pergi dengan cepat, aku membayangkan bahwa masyarakat komunis itu akan mewujud ketika bumi diserbu sebuah makhluk yang sangat berbeda dengan dirinya. sungguh berbeda sehingga segala konsep kita tentang materi, berada, dan bagaimana sistem hidup tak mengena untuk satu ini. yah, dengan naif saya waktu itu berpikir dengan sangat iseng bahwa manusia mungkin akan merasa diri mereka harus bersatu ketika mereka ada di titik ketika mulai menyadari bahwa bukan merekalah satusatunya makhluk 'berpikir' di alam semesta ini; dan jika anda sedikit pintar dan imaginatif anda harusnya sudah tahu bahwa bukan manusialah satusatunya makhluk seperti itu; di sini kita tidak membawa Tuhan walau pun saya tahu bahwa Tuhan itu ada.
oke. itu sekelumit saja dan saya pun sudah sadar bahwa isengiseng berpikir seperti di atas hanyalah sentilansentilan tak penting yang tak perlu kau pikirkan benar.
mari kembali pada bayangan saya tentang UFO yang tibatiba mampir ke mari.
di malam kelam dan langit tanpa bintang tibatiba terang benderanglah malam di luar jendelamu. engkau terpana tentu saja; karena sadar bahwa tak mabuk samasekali dan tak ada pesta kembang api yang direncanakan orang kotamu saat itu. engkau terpana; tentu saja. engkau lantas mengambil jaketmu, mengancingkannya sampai di batang leher, mengambil handphone, kartu atm, ktp dan segala uang yang ada; dan jika anda memiliki netbook dan juga sebuah modem, engkau langsung memasukan semua itu ke tas ransel dan berkata pada diri anda; yeah, saat ini saya akan menjadi seorang pahlawan. dan dalam waktu yang sangat singkat engkau sudah membayangkan sebuah perang gerilya melawan makhlukmakhluk luar angkasa. dan engkau tibatiba mulai mencari cara tentang bagaimana caranya sampai dalam waktu dekat ke Filipina karena engkau percaya bahwa satu kekuatan militer yang penting yang bisa kau akses dengan cepat secara fisik saat ini dan yang terdekat adalah ke Filipina. yeah, sang penyelamat dunia Amerika. engkau lalu menatap dengan sedih kamar kosanmu yang sudah menjadi tempat berteduhmu dalam waktu dua tahun terakir ini. kesedihan yang begitu mengerikan dan kehampaan yang menakutkan tibatiba menghinggapi hatimu ketika menyadari bahwa kamar kosanmu, ditambah berjuduljudul buku dan berjuduljudul film yang tak mungkin kau bawa semuanya di situ, akan menjadi abu sebentar lagi. yah sebentar lagi.
kamar kosanmu ada di lantai tiga rumah itu dan engkau butuh waktu untuk sampai di pintu ke luar. ketika engkau sudah merelakan kehancuran bumi ini dan percaya pada sebuah peradaban baru dunia yang akan engkau dan golongan gerilyawan bangun setelah perang besar itu akan berakir di suatu hari, tibatiba engkau merasa ingin buang air kecil. tak ada pilihan lain; bagaimana pun juga tak lucu jika seorang tentara gerilyawan bumi yang akan melawan makhluk luar angkasa yang jauh lebih pintar dan canggih mati garagara menahan pipis. anehnya, pemikiran ini muncul setelah kau sadar bahwa segala gedung akan runtuh tidak lebih dari 24 jam lagi dan buang air kecil di mana pun tak menjadi sebuah masalah benar.
setelah engkau sampai di pintu depan gedung kosanmu, dengan mengendap-endap engkau membuka pintu. mengintip sejenak ke luar, lalu melangkah pelanpelan. engkau berhenti sejenak di samping kiri gedung kosanmu dan mengencangkan tali sepatu. kau mendongkak ke atas dan menyaksikan dengan penuh sayu gordin jendela yang melambailambai bagaikan bendera nasional yang lupa diturunkan ketika matahari terbenam.
(semoga bersambung di suatu saat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar