Dipublikasikan di Majalah INTRO (majalah mahasiswa STF Driyarkara, Edisi XII/Mei 2010; Bunuh Diri dan lain-lain)
In Memoriam
pada kawan yang setia menemani di untung mau pun malang
I
-kala duka bulan runtuh dilirik lembing legiun edison
berdua kami setubuhi jalanan-
lihatlah…
pohonpohon lelap dibelai mama malam
antara sendu siul angin, dengar dengkurnya
meniupniup putih bajumu menggelombangkan
selendangmu putih
-belum nampak ujung gang kecil
warung sempit semenit intermezzo-pun lelap-
ah, malam dan perjalanan ini meniadakan tegaku;
sampai di sini membaui wangi kata
meski manis ladang tebu menguap menyublim ke angkasa
karena hidup begitu miskin melodi
-setelah sedepah gang sempit mengintip di balik awan
dan warung kecil sunyi di lekuk bulan runcing-
kini tiba saatmu; ucapkan salam itu
selamat tinggal malam, selamat tinggal jalanan,
selamat tinggal kebersamaan
ucapkan juga itu untukku..,
oh begitu, nah begitu.
-jiwa penat hampa tubuh, hilang selendangmu
merah tubuh menghitam abu-
nah begitu…
selamat berlayar entah ke mana
atau tenggelam entah di mana
persahabatan kita berbatas kefanaanku
yang lebih beruntung dari punyamu
2003,2006
Jakarta
I
Bagaimana kau lupa
Beribu manusia
Dikalahkan kota ini
2010-03-06
Font
ooooy
saya ingin mengunduh
tulisan tangan tuhan
2010-02-07
Suatu Hari
Di Betawi
aku minta tuan segera menyerahkan pitung pada pemerintah kompeni.
tidak bisa tuan. penjara tuan terlalu sempit.
kami semua si pitung, tuan.
2010-04-24
Stop
Ini puisi?
Hahahahaha
Bukan
Bukan?
Ah, tak perlu kau pahami!!!
Tak perlu?
Aku pun tak!!!
04-23-2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar